Waktu itu sekitar tahun 1965, kami masih kelas 2 SD Negeri Sendangharjo. Pagi itu sedang asyik-asyiknya kami bermain bola di halaman sekolah. Tiba-tiba perhatian kami beralih dari bola yang kami mainkan ke rombongan anak-anak sekolah yang bersepeda dari arah selatan ke utara.
Pembangunan SMP Muhammadiyah Gedongan |
Mereka memboncengkan bakul (tenggok) yang diikat dengan selendang ke badan atau bagian bawah sadel. Belakangan kami baru tahu bahwa anak-anak tersebut adalah murid SMP Muhammadiyah Gedongan. Dan yang memimpin kegiatan ini adalah Pak Suyudi dan beberapa Guru lain.
Selain mengambil pasir di Kali Putih, yang terletak di bawah jembatan Bok Renteng. Murid-murid itu juga membuat batu bata di pinggir sungai Van Der Wijck bagian selatan, tepatnya di Dusun Soronandan.
Semua bahan material tersebut akan digunakan untuk membangun gedung SMP Muhammadiyah Gedongan. Kini dikenal menjadi SMP Muhammadiyah 1 Minggir.
Selain itu murid-murid tersebut juga digerakkan untuk ikut memanen padi (derep) amal, macul amal, menanam padi (tandur) amal, dan menyiangi rumput (matun) amal. Upah yang mereka peroleh kemudian disumbangkan untuk pembangunan sekolah.
Semua itu dikerjakan murid-murid dengan riang gembira. Wajah mereka terlihat sumringah sambil bercanda dengan teman-teman. Biasanya mereka mengerjakan sawah milik orang-orang muslim, yang terbilang kaya di sekitar Gedongan, Ngijon, Kedung Banteng dan sekitarnya. Hasil dari mengerjakan sawah tersebut berupa beras disumbangkan untuk biaya pembangunan gedung sekolah.
Selain itu, murid-murid juga digerakkan untuk mengumpulkan bahan innatura dari jamaah-jamaah yang merupakan kantong-kantong Muslim di sekitar Sleman Barat.
Bahan bangunan seperti kayu, bambu, batu, bata merah, genting banyak disumbangkan atas kedadaran masyarakat Muslim yang ingin memiliki sekolah Muhammadiyah. Waktu itu sekolah SMP yang ada di Sleman Barat baru ada di Klepu, yakni SMP Kanisius Klepu.
Karena tingginya semangat berjuang (ghiroh) masyarakat terpacu dengan adanya pesaing dari agama lain ini. Di samping itu, waktu itu sudah sering terjadi gesekan umat Islam (Pemuda Muhammadiyah) dengan Pemuda PKI dan Marhaen/PNI.
Sehingga setiap Pengajian Akbar yang diadakan di lokasi calon gedung SMP Muhammadiyah Gedongan yang datang membludak. Syiar Islam waktu itu benar-benar tampak kuat dan kompak. Sehingga mengumpulkan dana dan tenaga walaupun berat tapi terasa ringan.
Berbagai cara ditempuh untuk mewujudkan Sekolahan Muhammadiyah sebagai tempat menyemai iman generasi penerus perjuangan umat di daerah Sleman Barat.
*) Seperti diceritakan Ustadz H. Abdullah Basri
Bukti nyata kiprah Muhammadiyah mencerdaskan kehidupan bangsa dari umat
ReplyDelete