Yogyakarta – LAZISMU. Dari
proses tradisi menjadi industri. Inilah yang tengah berlangsung di Kabupaten
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tepatnya di Desa Klembun Lor,
Kecamatan Playen.
Di desa yang dikelilingi hutan
jati itu, sekarang berdiri sebuah hotel di atas lahan seluas 3.080 meter
persegi. Dari 200 kamar yang direncanakan, saat ini sudah selesai 50. Begitu
dioperasikan, langsung penuh. Ocupancy
95 persen sampai tiga bulan ke depan.
Karena itu pengelola hotel
mempercepat rencana pengembangan tahap kedua. Agar mencapai kapasitas 150.
“Setelah Lebaran Haji kita bangun hotel dua blok lagi dengan daya tampung 100,”
kata Yosep Muniri, penanggung jawab proyek.
Hotel yang dibangun Yosep
memang hotel unik. Belum ada pesaingnya di Gunungkidul. Konsumen harus pesan
kamar minimal 3 bulan. Tidak boleh satu atau dua malam. Sebab yang menginap di
hotel itu bukan orang melainkan sapi.
Hotel sapi. Atau kos-kosan
sapi. Mungkin nama itu lebih tepat untuk menyebut pusat penggemukan tersebut.
Model bisnisnya sama dengan
hotel dan kos-kosan. Siapa saja bisa menitipkan sapinya selama tiga atau enam
bulan. Setelah gemuk, sapi dijual ke pasar. Pokoknya digunakan untuk membeli
bibit sapi baru. Keuntungannya dibagi dua: pemilik sapi dan pemilik kos-kosan. Proporsinya
disepakati.
Untuk menjual, Yosep
memanfaatkan media digital: Whatsapp.
Setiap hari perkembangan stok sapi di-update.
Pembeli datang ke kandang untuk mencocokan informasi itu dengan kondisi sapi
yang sebenarnya. Untuk yang sudah percaya, biasanya akan langsung transfer dana
tanpa perlu mengecek ke kandang.
Hari ini, misalnya, datang
pembeli dari Yogya. Namanya Gianto. Dia datang untuk memastikan sapi yang
dibelinya untuk kurban nanti. Sapi yang sudah sesuai pesanan dia tandai.
Yosep orang Sunda asli. Nama
aslinya Osep. Menjadi Yosep gara-gara petugas kelurahan salah mengetik akta
kelahirannya. Harusnya diketik Osep, eh, tertulis Yosep. Terpaksa nama itu
dipakai sampai sekarang.
Sejak 1996, alumni IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta itu tinggal di Gunungkidul. Menjadi pegawai negeri di Kementerian
Agama. Sampai sekarang. Di luar tugasnya sebagai aparatur negara, Yosep aktif
sebagai pengurus Muhammadiyah Gunungkidul. Hotel sapi itu merupakan salah satu
proyek pemberdayaan ekonomi rakyat yang diinisiasi.
Hotel sapi itu dibangun di
atas lahan wakaf. Ada tiga lahan terpisah yang dimanfaatkan. Satu untuk hotel
sapi. Dua lainnya untuk menanam pakan hijauan.
Untuk membangun satu hotel
berikut hijauannya, Yosep menghabiskan dana Rp 300 juta. Khusus kandang
berkonstruksi besi, dana yang dihabiskan mencapai Rp 200 juta. Sumber dananya
dari Lazismu Pusat dari wakaf warga Muhammadiyah. Wakaf membuat hidup begitu
indah.(jto)
Sumber:
lazismu.org
0 comments: