Oleh : Dwi Sumartono
MEK PCM Minggir.
Catatan kecil.
Selasa, 23 Januari 2018.
---------------------------------
Saya pernah ngobrol panjang dengan seorang koordinator lapangan
sebuah perusahaan yang bergerak di pengadaan beras merah. Bukan hanya
sekali. Melainkan sampai 3 - 4
kali, kami bertemu.
Perusahaan ini berafiliasi dengan perusahaan multi nasional
: produsen makanan, minuman, dan susu
formula : PT. Nestle. Dia punya petani plasma (petani mitra)
penanaman beras merah dan beras putih di wilayah Sleman (Minggir dan sekitarnya). Info yang saya dapat, luas areal plasmanya
sudah mencapai 20 hektar (sekarang mungkin sudah lebih luas lagi).
Saya tergelitik
mengetahui lebih jauh. Saya tanyakan,
mengapa perusahaan sebesar itu berani
dan mau membuka kemitraan di Sleman ? Jawab dia : " karena kualitas beras
Sleman terbukti lebih unggul
". Unggul dalam hal apa ? Bahwa beras Sleman sedikit mengandung residu
bahan-bahan kimia yang berbahaya.
Terutama residu dari pestisida.
Bahasa dia : beras Sleman
(termasuk beras Minggir) minim cemaran.
Nah kan !!
Ternyata kita punya keunggulan satu lagi.
Beras kita terbukti mutunya.
Sudah diakui oleh perusahaan
multi nasional.
Perusahaan berskala multi nasional, tentu punya
pertimbangan dan standar yang sangat ketat terkait dengan semua
produk-produknya. Mereka tentunya punya
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang tersistem dan terukur.
Tidak heran, beras kita
jadi incaran pedagang beras dari luar daerah. Klaten, Sragen, Magelang, Brebes dan mungkin
daerah yang lebih jauh lagi.
Sehingga, sangat mungkin, beras
kita juga lari keluar daerah. Dan
kemudian diklaim menjadi beras lokal setempat.
Oleh karena itu, kalau suatu waktu, Anda pergi belanja
beras Delanggu, hendaklah Anda mulai merenung : sangat boleh jadi, beras yang
Anda beli, berasal dari penggilingan di sekitar Anda tinggal. Beras itu keluar dari Minggir. Berganti kemasan. Berubah merk. Masuk kembali dan kemudian, Anda beli.
Jadi, apa yang selanjutnya kita lakukan ?
Hanya cukup merasa bangga bahwa sawah kita bisa
menghasilkan produk beras kualitas istimewa ?
Atau, jangan-jangan jangan kita sudah merasa nyaman. Dengan ketidakmampu dan ketidakmauan kita, untuk sedikit saja berinovasi agar
potensi yang terpendam itu betul-betul bisa kita nikmati bersama.
Saya berharap, semoga saja, tidak !?
(*)
0 comments: